Berenang dalam awang-awang (pinggiran tebing jauh dasar lembah jauh) sembari segenap eksistensi merembes meninggalkan tubuh yang celaka ini kala gulana mulai mencabik-cabik potongan daging yang masih setia menempel pada tulang putih bagai mutiara yang tengah dirajam rindu dan harap yang memisahkan tulang dari sendi dari otot dari kulit dari segala yang dilindungi (termasuk hati yang penuh dengan parasit yang menggerogoti) lalu memporakporandakan setiap butir sel yang masih menjeritkan namamu penuh pilu Melayang Menatap setiap potongan terbang Ah, masih belum terhempas? Cepatlah
MENARA BATUKU
Aku memancangkan menaraku di atas sisa reruntuhan Kupikir di dalamnya tak akan ada pesta Ternyata kubiarkan burung-burung gagak bercinta di dalamnya menemani menara batu berdinding es kelabu menghamburkan bulu karena nafsu yang memuncak dan mengharu biru meluruhkan es warna putih milik menara batu Batu-batu hitam yang dingin berdiam menatap gagak-gagak berdekapan telanjang dan menggelepar mati Aku menertawakan menara hitamku Pestanya usai kataku pada sang batu yang senyum pilu dan bertanya padaku Mengapa aku tak luruh bersama es yang membiru? Belum pula kujawab langit merah darah menjawab tanyanya dengan meluruhkan rana dari cakrawala
10 Februari 1997
HASRATKU
Marilah di sini berdiang bersamaku
Sebelum kau tiba dalam perapian itu telah kulihat wajahmu dijilati lidah peri-peri api merayuku mengenal dunia yang tak pernah kutahu
Sepeninggalmu kurenungi bahwa sejak awal tak ada yang berubah pada kau dan aku antara kau dan aku (selain beberapa hal yang hanya kita bertiga yang tahu)
Marilah di sini di sisiku berdiang bersamaku Karena awan kenangan kita pasti mampu membekukan hatimu seketika kala wajahku membisikkan kisah tentang cinta yang kita tualangi yang ternyata tak seperti legenda Tanabata
Marilah di sini di dekapku berdiang dan merindu sambil memandang Altair dan Vega yang tengah bercumbu berandai bara mereka jadi milik kita agar tak perlu lagi kita berdiang pada unggun yang tak pernah mampu mengusir sepi yang beku
18 April 1997
DE JA VOUS
Pada setiap untai kalung tak ada pola manik yang tak berulang
Aku pernah melihatmu dulu entah kapan dan bagaimana di situ tepat di titik yang sama tepat sikap dan situasi yang serupa Aku pernah menyentuhmu pula di tempat yang sama tepat respon dan reaksi yang tak berbeda Aku pernah melakukan begitu banyak hal denganmu bahkan melompati pagar duri dengan tanda 'no trespassing' itu dulu yang tahap demi tahap mulai kita lakukan sekali lagi Aku pernah hancur diterkam olehmu sedikit demi sedikit terus menerus pelan-pelan dengan kau sembuhkan dan kau cakari lagi Ya aku pernah sungguh berharap padamu dan pernah kelelahan lalu berpaling darimu Aku pernah melalui semua ini
Manik di tanganku tinggal sedikit lagi untuk mencapai ujung kalung ini Tolong... buat ia mundur untuk kembali ke pangkalnya karena sambungan ujung-pangkal itu sangat dingin dan sepi