the DREAMS

impi adalah serbuk nirwana yang membuahi jiwa yang kerontang

I saw myself
standing in the crowd
stabbing my chest
ripping out my heart
watching it pounding softly on my palm
until it finally stops
. . . .


DAMBA

Setiap pucuk yang bercinta dengan embun
dan malam yang erat mendekap awan
maupun hening yang mengecup dahiku perlahan
dan setiap tetes harapan yang jatuh berbaur tanah
serta segala hasrat yang menyumpal tenggorok
tak lagi tak akan tak pernah punya arti

Kusangkali ingatanku akan diriku
semua yang pernah kukira kusangka kuyakini adalah
aku

Di malam aku berbual dengan Gibran
dan cairan-cairan jiwa pujangga entah siapa
di depan segumpal kecewa dan kerinduan
aku bertanya pada Chairil
dan dijawab dengan puluhan tahun pertanyaan
siapa
untuk apa
bagaimana
dan
kemana akhirnya

Aku
(katanya tentang diriku)
hanya satu
di antara helai-helai daun yang jatuh
di pangkuan Penciptaku

1 Januari 1997 (03.15, Happy New Year)

KEKASIHKU

Tidurlah denganku
kekasihku
Bulan telah terkaca di lembaran riak
Melukis dirimu nudis di pelupukku
Telah kuhalau kabut
(orang-orang, kerja, gundah, kecewa, dan duka)
yang merintang lidahku mencicip bibir lembutmu penuh nafsu
menghisap segenap keremajaanmu
bergulat dengan geloramu
bergairah oleh pesonamu
Semalam saja
tidurlah denganku
Romanmu telah menyebarkan atraktan yang melambungkan imajiku
Tentang kau dan aku yang menyatu
menyalurkan kekuatanmu padaku
penuh kasih dan kelembutan yang memabukkan khayalku
Kekasihku
tidurlah denganku malam ini
Tidakkah kau tahu
Jiwaku penuh lubang bekas peluru
yang mendamba belaian jemarimu menyembuhkanku?

21 Juni 1997